24 Desember 2008

aDHydro Static Mobil di Majalah Motor EDISI XIII/335/2008

HYDROGEN BOOSTER
DOPING VIA INJEKSI HIDROGEN

Pemanfaatan energi alternatif yang sekarang ini sedang giat-giatnya dikembangkan, bukan mustahil akan datangkan hasil menggembirakan nantinya sebagai pengganti bahan bakar fosil. Tetapi dari sekian banyak hal yang sudah dapat dilakukan via pemanfaatan energi alternatif yang disebutkan tadi, hanya metode air saja yang dianggap mudah dan murah dalam pengaplikasiannya. Terlebih, sifatnya yang relatif mudah didapat. Untuk itu, kemunculan sekelompok orang yang concern terhadap aplikasi teknologi air. Metode ini bukan gusur total bensin, tetapi melalui air diciptakanlah senyawa yang berfungsi sebagai ‘doping’, guna meningkatkan efisiensi pembakaran pada ruang bakar. Elektrolisis sendiri di sini diartikan sebagai proses pemisahan senyawa kimia air murni jadi hidrogen (H2) dan oksigen (O2) via aliran arus listrik ke pelat stainless steel yang dicelupkan ke dalam air tadi. Buat aplikasi di mobil, proses elektrolisis ini dibantu kinerjanya oleh arus listrik dari aki. Maka alat inilah yang disebut hydrogen booster atau penghasil gas hidrogen. Arief Budianto, salah seorang narasumber yang juga concern terhadap pengembangan teknologi ini mengatakan, “Poin utama pemakaian hydrogen booster bukan pada pengiritan bahan bakar, tetapi pada kesempurnaan efisiensi pembakaran. Yang akibatnya akan buat mesin jadi lebih bertenaga tapi tingkat konsumsi bahan bakar yang bisa dikatakan sesuai dan ramah lingkungan.” Klaimnya, hydrogen booster ini bisa naikkan performa mobil plus hilangkan gejala knocking yang sudah lama dikeluhkan sebelumnya. Secara umum, hidrogen booster ini dilengkapi dengan 2 wadah air, yang salah satunya berfungsi sebagai tempat proses elektrolisis buat pembentukan hidrogen dan oksigen. Yang lainnya difungsikan sebagai bubler pengaman. Sehingga gas yang dihasilkan akan dirubah dalam bentuk gelembung udara. Itu juga membantu pisahkan kinerja ‘generator’ hidrogen dan mesin mobil, sekaligus berfungsi sebagai dryer atau penghilang kelembaban gas hasil proses elektrolisis tadi. Dimana gas ini lalu disalurkan masuk ke mesin melalui saluran udara ke throttle body atau karburator. Dan hal ini diklaim akan membuat mesin tetap bekerja normal, walaupun pada kondisi campuran bahan bakar yang terbilang minim. Tetapi catatan penting Arief, -panggilan akrabnya-, dalam menciptakan alat yang berbahan dasar air ini adalah boiling point. Hal ini tak lain untuk cegah air cepat mendidih di dalam wadah, yang akan berubah jadi uap air dan cepat habis. Selain itu, uap air ini juga dinilai kurang bersahabat dengan jeroan mesin karena potensi merusaknya. Diperlukan ‘ECU’ pada hidrogen booster, yang dirancang dengan perangkat elektronis, mengatur besaran suhu ideal dibatasi sebelum mencapai suhu titik didih air. Hasil olahan tadi yang berupa hidrogen selanjutnya dimasukkan ke ruang bakar. Nah, di ruang bakar inilah hidrogen banyak bantu proses pembakaran dengan karakteristiknya yang relatif lebih cepat terbakar sekaligus punya suhu pembakaran yang lebih rendah daripada bahan bakar konvensional. Maka apabila gas hasil elektrolisa diinjeksikan ke dalam ruang bakar, volume gas hasil elektrolisa sedikit banyak bisa gantikan campuran bahan bakar yang masuk ke ruang bakar. Hal ini juga munculkan kandungan oksigen dalam ruang bakar jadi relatif lebih banyak dibandingkan campuran bahan bakar saja. Akibatnya, tentu pembakaran lebih efisien dan terasa seperti terjadi peningkatan tenaga. Ilustrasinya begini; seperti diketahui, pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar tak pernah mencapai seratus persen. Artinya, pada langkah awal kerja hingga langkah pembuangan, campuran bahan bakar masih bereaksi. Dengan kata lain, masih ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar sempurna, yang akibatkan penumpukan karbon di ruang bakar karena laju rambat pembakaran (front flame) dari bahan bakar yang relatif lebih lambat. Nah dengan hidrogen, maka bahan bakar mampu dibakar habis. Otomatis terjadi efisiensi lewat peningkatan tenaga maupun gas buang yang cenderung lebih ‘hijau’, karena mengurangi kadar Karbonmonoksida (CO) dan Hydrocarbon (HC), serta meningkatkan Oksigen (O2)
Impresi Aplikasi Hydrogen Booster : JADI LEBIH IRIT DAN BERTENAGA
Memang hidrogen booster ini bisa dperdebatkan efektivitasnya. Utamanya dalam hal besaran daya buat hasilkan hidrogen dalam proses elektrolisa. Karena alternator mobil sendiri daya alternatornya terbatas, maka makin banyak arus listrik yang diproduksi alternator, sebanding sama banyaknya konsumsi bensin. Tetapi hal tersebut bukanlah masalah besar. Sebab klaim pembuktian hidrogen booster buatan Arief pada BMW 318i (E30) tahun 1990 bermesin 1.800 cc, terbukti adanya penghematan pemakaian bahan bakar yang mencapai lebih kurang 10%. Ini didapat dari perhitungan jarak tempuh yang 254 km, dibagi dengan 29 liter Premium yang terpakai. Metodenya sendiri dengan mengisi penuh tangki bahan bakar, yang pada titik tertentu kemudian, bahan bakar yang berkurang di tangki akibat konsumsi untuk jarak yang sudah dijalani ditambahkan kembali. Maka didapatlah hasil 1:8,6, “Padahal sebelumnya, untuk dapetin angka 1:8 aja susahnya minta ampun,” ujar Adi sang pemilik. “Lagi pula tenaganya (mesin, Red) jadi besar dan ngelitiknya hilang,” tambah Adi lagi. Untuk membuktikannya langsung, MOTOR mencoba hitung kecepatan data dengan pakai Vericom VC3000 di mobil Adi. Metode pengetesannya dengan menitik-beratkan akselerasi 0-100 km/jam, dengan atau tanpa hidrogen booster. Sebelumnya di dalam mobil terdapat 3 orang dengan total berat 250 kg, dengan kondisi mesin mobil standar pabrikan. Setelah dilakukan pengetesan beberapa kali, hasil hidrogen booster munculkan hasil 14,04 detik dalam jarak 239,9 m. Ini adalah angka paling tinggi didapat pada saat pengetesan. Sedangkan jika dibandingkan waktu tercepat tanpa booster ini diperolehlah waktu 14,13 detik. Maka di sini terjadi peningkatan akselerasi lebih dari 0,10 detik.
Menyiasati kenaikan bahan bakar fosil, penggunaan hidrogen booster ini bisa dibilang besar manfaatnya. Bayangkan saja, dengan nilai oktan yang terbilang besar di atas 130, maka hidrogen punya tahanan lebih baik untuk tekanan kompresi dibanding bahan bakar konvensional. Untuk mobil-mobil yang minum Pertamax (oktan 94) dan Pertamax Plus (oktan 98) sebagai bahan bakarnya, paling terasa keiritannya. Sebab dengan hidrogen, maka pemakaian Premium (oktan 80) bisa dilakukan dengan performa mesin yang serupa. Sebab dengan pencampuran ini, bikin nilai oktan pada premium bertambah (130+80), tentu saja kurangi konsumsi bensin beroktan lebih tinggi daripada bahan bakar sebelumnya. Lagian, gejala knocking pun dijamin tidak muncul, sebab percampuran ini sudah memenuhi kebutuhan oktan bagi mesin. Ilustrasi singkatnya seperti ini; jika per minggu satu mobil Pertamax membutuhkan bahan bakar 50 liter dengan asumsi harga per liternya Rp 10 ribu, maka uang yang dibelanjakan per minggunya untuk bahan bakar adalah Rp 500 ribu. Nah dengan pemakaian hidrogen booster jadi yang dihargai Rp 1 juta, maka pergantian ke Premium bisa dijalani. Kalau saja pemakaian Premium yang harganya Rp 6 ribu seliter sama dengan Pertamax yang 50 liter per minggunya, maka uang yang dibelanjakan pun jadi lebih sedikit. Hanya berkisar Rp 300 ribu, berarti penghematannya mencapai Rp 200 ribu per minggu. Dalam satu bulan atau 4 minggu, total penghematan mencapai Rp 800 ribu. Silakan pilih!
Reporter : Rudy

Tidak ada komentar: